Hukum dan etika dalam menyebarkan informasi merupakan hal yang penting dalam dunia jurnalistik. Namun, seringkali batasan antara kebebasan berekspresi dan penyebaran hoaks menjadi hal yang membingungkan. Bagaimana seharusnya kita mengurai batasan ini?
Menurut pakar hukum, Prof. Dr. Saldi Isra, S.H., M.H., kebebasan berekspresi adalah hak asasi yang harus dihormati. Namun, kebebasan tersebut juga harus diiringi dengan tanggung jawab. “Ketika seseorang menyebarkan informasi yang tidak benar atau hoaks, itu bisa merugikan orang lain dan melanggar hukum,” ujarnya.
Sementara itu, dalam hal etika, Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, M.A., Ph.D., menyatakan bahwa penyebaran hoaks merupakan pelanggaran terhadap prinsip kejujuran dan integritas. “Seorang jurnalis harus memastikan kebenaran informasi sebelum menyebarkannya, demi menjaga kredibilitas profesi,” katanya.
Namun, di era digital seperti sekarang, penyebaran hoaks semakin mudah dan cepat. Hal ini menjadi tantangan bagi pemerintah dan lembaga terkait untuk mengontrol dan mengawasi informasi yang beredar di media sosial. Menurut data dari Kementerian Komunikasi dan Informatika, kasus penyebaran hoaks terus meningkat setiap tahunnya.
Menurut survei yang dilakukan oleh Lembaga Survei Indonesia (LSI), sebanyak 70% responden merasa khawatir dengan maraknya berita hoaks di media sosial. Hal ini menunjukkan pentingnya peran pemerintah dalam mengedukasi masyarakat tentang pentingnya keberagaman berekspresi tanpa melanggar hukum.
Dalam hal ini, Menteri Komunikasi dan Informatika, Johnny G. Plate, menegaskan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, media massa, dan masyarakat dalam menangani penyebaran hoaks. “Kita harus bekerja sama untuk memerangi hoaks dan memastikan informasi yang beredar di masyarakat benar dan akurat,” ujarnya.
Dengan demikian, sebagai masyarakat yang cerdas, kita harus bisa membedakan antara kebebasan berekspresi dan penyebaran hoaks. Kita harus selalu berpikir dua kali sebelum menyebarkan informasi yang tidak jelas kebenarannya. Kita juga harus selalu mengedukasi diri sendiri dan orang lain tentang pentingnya kejujuran dan integritas dalam bermedia sosial.
Dengan demikian, kita bisa mengurai batasan antara kebebasan berekspresi dan penyebaran hoaks dengan bijak dan bertanggung jawab. Sehingga, kita bisa menciptakan lingkungan media yang sehat dan berintegritas. Semoga informasi ini bermanfaat dan bisa menjadi panduan bagi kita semua dalam menyebarkan informasi di era digital yang penuh dengan tantangan.